--> Kemarau,Warga Di Tiga Desa Kecamatan Cibarusah Andalkan Sisa Air di Sungai Mengering | BEKASI GUE
Loading...
Loading...

Mengenal Bekasi Dari Sini

06 July 2019

Kemarau,Warga Di Tiga Desa Kecamatan Cibarusah Andalkan Sisa Air di Sungai Mengering

| 06 July 2019

Warga Kecamatan Cibarusah,Kabupaten Bekasi,mengambil air di sungai yang mulai mengering saat kemarau.

Sawah di Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi,mengalami kekeringan pada musim kemarau. Permukaannya tampak retak-retak. Begitu pula air di Kali Cipamingkis dan Cihoe yang tersisa seadanya.

Tiga desa terdampak kekeringan,yaitu Desa Ridogalih,Desa Ridomanah, dan Desa Sirnajati. Sejak tiga bulan lalu, warga desa mengharapkan turunnya hujan.

Siti (42), warga Desa Ridogalih,ikut merasakan dampak kemarau berkepanjangan. Sehari-hari, Siti kesulitan mencari air. Dia hanya bergantung pada Kali Cihoe,akses sumber air terdekat dari rumahnya.

Siti harus merogoh ongkos ojek Rp20 ribu untuk menempuh perjalanan tiga kilometer untuk mencuci, bahkan mandi di Kali Cihoe.

"Karena air susah,saya nyuci baju cuma bisa dua atau tiga hari sekali di kali ini. Itu pun saya datang juga agak jauh dari atas, pake ojek sama anak saya," ujar Siti saat mencuci di Kali Cihoe,Jumat (5/7/2019).

Kali Cihoe tampak kering. Hanya sedikit air yang menggenang di tengah kali. Sisa air itu terlihat bercampur sampah dan deterjen bekas mencuci pakaian banyak orang.

"Airnya juga sudah bau,dudah enggak enak untuk dipakai sebenarnya, tapi mau gimana lagi," keluh Siti.

Keponakan Siti,Dipa,pun mengeluhkan sulitnya mencari sumber air. Menurutnya,meskipun bantuan sudah ada namun belum bisa mencukupi kebutuhan air untuk keseharian.

"Bantuan pemerintah kadang ada kadang enggak. Truk datang bawa satu tangki, dan langsung diserbu warga. Biasanya satu keluarga paling cuma dapat dua jirigen," kata Dipa,sembari mencuci sepatunya di kali.
SSungai di Kecamatan Cibarusah,Kabupaten Bekasi,mulai mengering.
Warga Desa Ridogalih lainnya,Fona (38) juga merasakan hal serupa. Namun dia mengaku belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah sekali pun selama tinggal di desa tersebut.

"Saya seumur- umur tinggal di sini enggak pernah dapat. Warga yang dekat dengan kali juga enggak pernah dikasih bantuan,"ujar Fona.

Fona tinggal bersama suami dan anak di sebuah rumah bambu dan kayu, dua kilometer dari Kali Cihoe. Penjahit baju itu sehari-hari Fona mengambil air di kali tersebut.

"Saya ambil air dari seserepan di sela-sela batu. Tapi kalau mau ambil juga harus nunggu karena baru muncul dua jam sekali," ujarnya.

Sumur itu dibuat warga untuk menyaring air dari Kali Cihoe. Sumur tersebut berbentuk pipa kecil dengan diameter seukuran gayung. Warga yang mau mengambil air di sumur tersebut harus menunggu setidaknya empat jam ketika air di sumur sudah habis.

Pada malam hari,Fona harus bangun dini hari demi mendapatkan air yang lebih jernih di Kali Cihoe tersebut.

"Airnya malam lebih jernih,makanya saya ambil seserepan dari jam 1 malam atau jam 2 malam," ujar Fona.

"Warga ramai-ramai dari jauh juga datang ke sini antri dari malam, suasananya kayak pasar, motor-motor aja ramai pada parkir," lanjutnya.

Fona mengatakan sudah tiga tahun air bersih sulit didapatkan di daerahnya. Dua bulan ini belakangan,kemarau membuat kondisi semakin parah.
Kekeringan melanda persawahan di Kecamatan Cibarusah,Kabupaten Bekasi

Ia berharap pemerintah membantu warga Cibarusah dengan membuat sumur bor sebagai solusi sementara. Menurutnya di Desa Ridomanah sudah ada dua sumur bor yang dibuat warga sebagai sumber air tambahan.

Encep (32) warga Desa Ridomanah mengatakan air baru muncul setelah sumur digali sedalam 100 meter. Meski demikian, sumur itu belum mampu mencukupi kebutuhan warga.

Ayub,Ketua RT Desa Ridogalih, mengatakan warga mengeluhkan air bersih yang sangat sulit diakses. Menurutnya,bantuan pemerintah belum cukup memenuhi seluruh kebutuhan warga.

Dia mengatakan biasanya warga sekitar menghabiskan sekitar 30 liter air per hari untuk mencuci dan mandi. Sumber air diambil dari Kali Cihoe atau Kali Cipamingkis.

"Untuk masjid kalau memang enggak ada air, kami beli sendiri untuk wudhu dari sumbangan warga, kami beli dan naikin ke toren di atas masjid. Sebulan ini sudah enam kali beli, harganya Rp80 ribu sekali beli,"kata dia.

Kepala Keamanan dan Ketertiban Kecamatan Cabarusah Iman mengatakan dampak kemarau juga dirasakan di kecamatan lain.

"Memang kalau sudah datang kemarau yang kena dampak tiga desa itu yang parah. Sekarang yang kering bukan kecamatan kami aja, Kecamatan Bojongmangu juga sudah mulai ada kekeringan," jelas Iman.

Sementara itu,BPBD Bekasi menyampaikan pihaknya telah mendistribusikan sebanyak 95 ribu liter bantuan air bersih kepada warga Kecamatan Cibarusah. Pembagiannya dilakukan secara bergiliran, satu hari untuk satu desa.

Sumber: CNN

Related Posts

No comments:

Post a Comment