--> Dampak Seks Bebas,Di Kota Bekasi Penderita IMS Tinggi | BEKASI GUE
Loading...
Loading...

Mengenal Bekasi Dari Sini

26 August 2019

Dampak Seks Bebas,Di Kota Bekasi Penderita IMS Tinggi

| 26 August 2019


Ilustrasi


Jumlah penderita IMS (infeksi menular seksual) di Kota Bekasi cukup memprihatinkan. Jumlahnya sampai dengan Agustus ini mencapai 696 kasus.

Penyebabnya karena perilaku seks bebas dan gonta-ganti pasangan tanpa mengindahkan norma agama dan norma sosial.

”Dari 696 kasus selama 2019 ini, penderita IMS yang sudah kami obati sebanyak 256 orang. Sisanya 440 orang belum ditangani,” terang Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi Dezy Syukrawati, Senin (26/8/2019).

Dezy menambahkan, tahun 2018 lalu, jumlah penderita IMS mencapai 760 kasus. Menurut dia juga, faktor kemajemukan masyarakat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup. Sehingga, mereka dengan bebas melakukan tindakan apapun.

Menurut dia lagi, seks bebas terdiri dari beberbagai macam penyakit. Tapi yang paling sering adalah klamidia, yakni berupa penyakit menular seksual yang berasal dari bakteri chlamydia trachomatis. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual maupun diturunkan oleh ibu kepada bayinya.

Selain itu juga, Dezy menjelaskan, meski penyakit menular seksual ini bisa disembukan tapi rentan tertular HIV/AIDS. ”Penyakit infeksi seks menular ini pada dasarnya bisa disembuhkan dengan cara meminum obat rutin yang sudah diberikan dokter,” terangnya juga.

Hanya saja, katanya juga, kalau sudah sembuh perilaku seks bebas itu bakal diulang lagi, sehingga orang yang pernah terinfeksi virus ini akan terus menderita penyakit yang serupa. ”Begitu terus terulang. Padahal rawan terpapar HIV,” ujarnya.

Bahkan, kata Dezy juga, pihaknya tengah mendorong program Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melakukan pemeriksaan kepada kelompok berisiko tinggi penyakit tersebut. Yakni, wanita pekerja seksual, LGBT atau penyuka sesama jenis dan kalangan ibu hamil.

Menurut dia juga, pemeriksaan terhadap ibu hamil ini diperlukan untuk pencegahan. Sebab, mereka yang sudah positif menderita IMS dan tengah mengandung maka rentan akan menularkan penyakit tersebut kepada anak yang dikandungnya.

”Dua tahun ini, penderita IMS ditemukan dari kalangan kelompok LGBT, pekerja seksual dan ibu hamil,” katanya lagi. Bagi warga yang memeriksakan diri ke puskesmas dan dinyatakan positif IMS, kata dia lagi, maka akan diberikan konseling secara pribadi.

Dokter tidak di kemukakan secara terbuka meskipun kepada keluarga pasien. Pemeriksaan kepada kelompok-kelompok berisiko tinggi ini sudah dilakukan terhadap pekerja seksual maupun komunitas yang terdeteksi LGBT.

Namun untuk menyudahi perilaku seks komunitas tersebut, kendala ekonomi seringkali menyulitkan untuk menjamin mereka tidak melakukan seks bebas kembali. ”Untuk komunitas-komunitas itu pemeriksaan kita mengikuti waktu mereka, kadang malam hari. Yang terpenting mereka mau untuk diperiksa,” jelasnya.

Sementara itu,Kabid Perawatan pada RSUD Kota Bekasi Sudirman mengatakan, kebanyakan perilaku seks bebas menyebabkan HIV/AIDS. Biasanya, penderitanya selalu berganti pasangan dalam berhubungan badan. ”Penyakit itu menular lewat hubungan seks bebas,” katanya.

Meski begitu, para penderita penyakit HIV/AIDS bisa mendatangi langsung klinik VCT yang sudah tersedia di beberapa puskesmas dan RSUD Kota Bekasi. Menurut dia juga, klinik-klinik tersebut memiliki program konseling. ”Di RSUD, Klinik VCT banyak dikunjungi pasien yang menderita HIV/AIDS,” tandasnya. (dny)



Sumber: Indopos

Related Posts

No comments:

Post a Comment